Gus Arifin

Edisi 2 Juni 2015 Profil Tokoh
img

Menghadirkan Kembali Tradisi Ulama Terdahulu

Lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga nahdliyin, membuat sosoknya untuk tetap menyukai tradisi pesantren. Walau tidak resmi sebagai santri di sebuah pondok pesantren, tapi kepiawannya membaca kitab klasik tak dapat diragukan. Hingga saat kini, ia tetap menjadikan kitab ′gundul′ sebagai materi di setiap pengajian yang digelarnya.

Sebagai seorang anak yang dibesarkan dilingkungan Nahdlatul Ulama (NU), Pria kelahiran Mojokerto 11 Agustus 1969 ini diharapkan oleh orang tuanya kelak dapat mengabdi di Kementerian Agama. Karena itu, Muntoya bin Abu Tammam, sang ayah memasukannya ke Madrasah Ibtidayah di sore hari selepas menempuh pendidikan di sekolah dasar (SD). Tak hanya berhenti sampai disitu, Gus Arifin kecil pun Musti mengaji pada malam hari di pondok pesantren. Malah, sang ayah menginginkan selepas SD, ia harus masuk ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkat SMP, lalu ke Madrasah Aliyah (MA) dan kuliah keperguruan tinggi Islam, IAIN (Institut Agama Islam Negeri). Rupanya, selepas MTs, Gus Arifin lebih memilih masuk ke sekolah umum, SMA. Dan ketika lulus-pun, bukannya melanjutkan ke perguruan tinggi agama Islam, akan tetapi beliau malah melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Beliau memilih jurusan Teknik Kimia hingga meraih gelar Insinyur Teknik, yang akhirnya membawa beliau bekerja sebagai pegawai PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) sejak tahun 1994 hingga kini. Kini beliau menjabat sebagai Asisten Vice President pada bidang risk management.

Seperti pepatah mengatakan, ″buah jatuh tidak jauh dari pohonnya″, walau tidak mengenyam pendidikan madrasah atau perguruan agama islam, walau pagi hingga sore sibuk bekerja di kantor, akan tetapi selesai kesibukannya dari jam kantor Gus Arifin yang juga menguasai bidang IT ini tetap aktif di berbagai majelis taklim. Bahkan ketika tahun 2003, sekembalinya dari penugasan di Sumatra, Gus Arifin mendirikan Majelis ta′lim dengan nama Majelis Ta′lim Keliling Gus Arifin.

″Saya ingin mengembalikan tradisi membaca kitab ′gundul′, seperti halnya ulama-ulama terdahulu, dan oleh sebab itu dalam setiap pengajian saya selalu mentargetkan untuk bisa mengkhatam satu kitab. Salah satu kitab yang telah kami khatamkan adalah Bulughul Maram dan Subulus Salam,″

Tak hanya itu beliau juga aktif berdakwah, selain berdakwah Gus Arifin seorang figur yang hari-harinya selalu ingin diisi dengan kegiatan yang bersifat keagamaan, ayah lima anak ini juga tercatat sebagai penulis handal dan produktif. Hingga saat ini setidaknya sudah 26 judul buku yang telah selesai ditulisnya. Buku-buku tulisannya telah diterbitkan dengan diantaranya : ″Peta Perjalanan Haji″, ″Ensiklopedia Fiqih Haji dan Umrah″, ″Doa dan Dzikir Ibadah Haji dan Umrah″, ada juga buku ″Menikah untuk Bahagia″ serta masih banyak lagi yang lainnya.

Itulah sekilas profil dari tokoh kita edisi ini Bapak Agus Arifin atau yang lebih dikenal dengan panggilan akrabnya Gus Arifin. Seorang ustadz yang juga dikenal dengan julukan ′Kyai Digital′, lantaran beliau lebih sering membawa gadget ketimbang menenteng kitab kuning yang dibacanya saat mengisi pengajian.

imgGus Arifin (kedua dari kiri), saat memimpin jemaah pengajian Majelis Ta′lim Keliling

Dan pada kesempatan ini, kami dari tim JUMRAH berhasil mengenal beliau untuk lebih dalam mengenal sosoknya dalam wawancara singkat di kediamannya di kawasan Graha Raya Bintaro, Tangerang Selatan. Berikut wawancara singkat:

Pada umumnya Majelis Ta′lim selalu menggunakan satu wadah atau tempat, ide apa yang mendasari, sehingga Gus membentuk Majelis Ta′lim Keliling Gus Arifin?

Keberadaan majelis ta′lim sebagai sarana belajar pembinaan dan pengembangan umat begitu semarak, terlebih melihat semangat kaum muslim untuk ikut duduk dalam majelis-majelis tak pernah surut, dan sebenarnya sangat sederhana, ini bukan merupakan sebuah ide awal lantaran kerap berpindah-pindah, dari satu tempat ke tempat lain bahkan ada delapan masjid yang harus saya datangi setiap bulannya. Mulai dari Bintaro, Cipondoh, Poris Tangerang, Karawaci, Sukmajaya, Depok, Pandeglang, hingga Surabaya bahkan Australia, sehingga orang menyebutnya sebagai Majelis Ta′lim Keliling Gus Arifin.

Adakah metode khusus yang Gus terapkan saat berkontak langsung dengan jemaah di setiap pengajian yang anda pimpin?

Sebenarnya tidak ada metode khusus, saya hanya ingin mengembalikan tradisi membaca kitab ′gundul′, seperti halnya ulama-ulama terdahulu, dan oleh sebab itu dalam setiap pengajian saya selalu mentargetkan untuk bisa mengkhatam satu kitab. Salah satu kitab yang telah kami khatamkan adalah Bulughul Maram dan Subulus Salam, oleh karena itu saya menjadikan kitab klasik sebagai rujukannya.

Bisakah sedikit diceritakan sistem yang diterapkan pada pengajian yang Anda pimpin?

Dalam setiap gelaran pengajian majelis ini mengajarkan bahasa Arab dengan metode praktek langsung. Dengan kata lain, jamaah membaca kitab gundul kemudian langsung di I′rabkan. Sehingga jamaah tidak hanya mendapatkan teori saja, tapi langsung bisa mempraktekannya. Hanya saja, pelajaran ini dikhususkan untuk khalangan bapak-bapak. Untuk pengajian anak-anak baru diajarkan sebatas pelajaran fiqih thaharah (bersuci) dan sholat.

Masih banyakkah orang dan majelis yang mau mengaji kitab, terutama kitab hadis dalam setiap pengajiannya?

Majelis ta′lim keliling ini pada setiap Sabtu dan Minggu, lepas sholat Subuh, melangsungkan pengajian dengan menggelar kitab, seperti kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusydi dan kitab-kitab lain. Sementara yang masih berlangsung dan sebentar lagi khatam adalah kitab Riyadhus Shalihin. Bagi saya, ini sebuah pencapaian, karena ngga banyak orang yang ingin mengaji hadis.

Apakah Majelis Ta′lim yang Gus pimpin hanya diutamakan pada kalangan khusus?

Majelis ta′lim ini kerap diikuti dari berbagai kalangan. Mulai dari yang sudah mengerti tentang agama, rajin ibadah, maupun yang masih baru mau belajar agama. ″Mereka datang dari berbagai kalangan. Santri saya itu ada yang Kopassus, Polisi, ada yang berprofesi satpam. Malah banyak pula dari kalangan mualaf, saya tidak membatasi jamaah.

Apakah ada bidang lain yang Gus harapkan dari keberadaan Majelis Ta′lim Keliling ini?

Setiap tahunnya majelis ini selalu mengelar program pendukung seperti umrah, ziarah wali songo, khatmul qur′an, pengobatan gratis, khitanan massal, training dan pembekalan para imam masjid dan musholah, santunan dan pembagian sembako bagi dhuafa serta anak yatim. Hingga kini Majelis Ta′lim Keliling ini setidaknya diikuti oleh 180 jamaah dari kalangan bapak-bapak. Santri binaan sebanyak 85 anak yang ada di Pandeglang serta 60 anak yatim di Bintaro. Selain bergerak dibidang keagamaan, majelis ini juga bergerak dibidang pertanian, pemasangan energi terbarukan dan sebagainya. Untuk program pemanfaatan energi terbarukan, majelis ta′lim ini menjalin kerjasama dengan salah satu NGO di Jerman. Rencananya kita akan memasang solar cell ke pondok-pondok yang tidak teraliri listrik. Insya Allah ada salah satu NGO dari Jerman yang tertarik untuk membantu program tersebut. Dan kita juga akan menanam kakau dan padi organik.

img

Biodata Singkat

Agus Arifin, biasa di panggil Gus Arifin, Berasal dari Jawa Timur tepatnya di desa Perning, Kecamatan Jetis, Mojokerto, dan lahir pada 11 Agustus 1969. Lahir dan dibesarkan di daerah Basis Nahdlatul Ulama (NU). Gus Arifin yang asli Jatim menikah dengan gadis asal Banten, E. Sundus Wahidah. Alhamdulillah, beliau sudah dikaruniai 5 orang putra yaitu: Alvin Gus Abdurrahman Wahid, Audi Gus Imaduddin Jalil, Azka Gus Shalahuddin Khalil, Akmal Gus Aliyudin Hafidz, dan Afif Gus Musthafa Khatami. Menempuh pendidikan Formal di Madrasah Ibtidaiyah (1981), Madrasah Tsanawiyah (1984), SMA (1987), Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya-Teknik Kimia (1992). Dan selama masa kuliah di Surabaya (1987 – 1992), beliau Ngaji ke beberapa orang Kyai di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Tulung Agung, dengan cara ″Nyantri Kalong″ atau hanya datang/belajar di pondok kalau waktu malam saja. Guru-guru beliau antara lain: Kyai Abdul Djalil Mustaqim (almaghfurlah) – Pondok PETA Tulung Agung, Kyai Ahmad (Cak Mad) Sidosermo Wonokromo, KH. A. Thoyyib (Abah Thoyyib-almaghfurlah) Lebani Gresik dan juga Kyai Najmuddin-Perning Jetis Mojokerto (yang tidak lain adalah Pakde beliau).

imgGus Arifin (tengah), saat menerima penghargaan
Best Person of Contribute to Umrah & Haji 2014 (Foto Dokumen Pribadi)

Fakta unik dari seorang Gus Arifin

Gus Arifin, selain sebagai pemimpin ″Majelis Ta′lim Keliling Gus Arifin″, beliau juga aktif dalam kegiatan yang berhubungan langsung dengan jemaah haji dan umrah di Indonesia. Dan beliau tercatat sebagai pembimbing haji dan umrah di berbagai travel terkenal. Dan tidak hanya itu beberapa buku yang ditulisnya menjadi best seller dan berhubungan langsung dengan kajian tentang haji dan umrah.

img

Tidak mengherankan jika beliau pada tahun 2014 dianugerahi penghargaan Best Person of Contribute to Umrah & Haji 2014 dari majalah ″Haji & Umrah″, mengingat buku-buku beliau memberikan banyak pencerahan dan perbaikan dalam penyelenggaraan haji dan umrah di Indonesia, juga hal dalam pemikiran serta pembinaan umat yang begitu nyata. (Tim JUMRAH)>

Artikel Terakhir

Arsip

Penyelenggara Umrah