Al-Khawarrizmi, Kegemilangan Sains Dalam Peradaban Islam

Edisi 4 September 2015 Tsaqofah Islamiyah
Patung Al-Khawarizmi

Selain dikenal sebagai penulis kitab-kitab tentang angka-angka India-Arab, Al-Khawarizim juga sebagai penggagas ilmu aljabar. Dia pun menjadi orang pertama yang menyingkap tentang Al-Muhaddah (ketajaman) yang dikembangkan ilmuwan Jepang, Siki Kaw yang hidup pada 1642-1707 Masehi. Meskipun demikian, para ilmuwan Jerman bersikeras mengatakan bahwa ilmuwan Jerman, Libniz (1646 - 1716 M) adalah penemu ketajaman dan diterapkan dalam sains terapan oleh ilmuwan Pera ncis Ostine Cuchi (1789-1857 M).

Al-Khawarizmi, lahir pada 194 Hijriyah (780 Masehi), dengan nama lengkap Abu Ja′far Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi. Nama Al-Khawarizmi ini dinisbahkan kepada kota kelahirannya, yakni Khwarizm (sekarang Khiva Modern) daerah di bagian Timur Laut Kaspia, di kaki dataran Amu Darya (Oxus), Uzbekistan. Pada masanya, wilayah Khwarizm pernah menjadi tempat bagi pusat peneliti Asia yang termasyhur dan tetap dikenang.

Di Abad ke 7, saat itu kalangan ilmuwan Arab beranggapan bahwa astronomi merupakan ilmu pengetahuan yang membutuhkan matematika yang mendasarkan pada observasi dan kalkulasi yang kompleks. Kemajuan astronomi bergantung kepada observatorium yang mereka bangun, pada peralatan astronomi yang mereka buat dan berbagai tabel serta katalog astronomi yang mereka susun.

Adanya perpaduan antara kedua cabang ilmu itulah yang mengharuskan ilmuwan seperti Al-Khawarizmi perlu menguasai keduanya. Dan pada kenyataannya, Al-Khawarizmi putra Musa Al-Khawarizmi telah membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan untuk menguasai dan memadukan kedua ilmu tersebut. Bahkan pikiran-pikirannya semakin mendapatkan tempat ketika dia dipercaya untuk menduduki jabatan penting di sebuah perpustakaan Bait Al-Hikmah.

Di Bait Al-Hikmah itu Al-Khawarizmi memiliki banyak kesempatan untuk berdiskusi bersama dengan para sarjana muslim lainnya yang langsung dibawah pengawasan Khalifah. Baginya itu hal yang luar biasa, karena merupakan bentuk penghormatan tertinggi.

Pada sebuah kesempatan Al-Khawarizmi berkata, ″Para ulama zaman dahulu dan umat masa lampau senantiasa menulis berbagai buku ilmu pengetahuan, sesuai dengan kemampuan mereka, untuk kepentingan para generasi sesudah mereka dan berharap pahala dari Allah SWT sebagai suatu amal jariyah.″

″Mereka wariskan ucapan-ucapan benar, meski mereka sendiri menemui berbagai kesulitan dan menanggung beban yang tidak sedikit saat mengungkapkan berbagai rahasia ilmu pengetahuan.″

Al-Khawarizmi adalah seorang Muslim Ortodox, bahkan menjadi seorang sufi. Di dalam setiap karya bukunya, Ia selalu mengawalinya dengan kata ″Hamdalah″ sebagai ungkapan rasa terimakasih dan pujian kepada Allah Ta′ala. Selain itu dia pun mengiringinya dengan kalimat yang lugas yang berarti, ″Yang Menunjukkan Kami dan Memelihara Kami.″

Pertemuan Para Ilmuwan Era Harun Al-Rasyid

Pada abad-abad pertama, peradaban Islam telah memperlihatkan kemajuan yang pesat dalam membangun dunia ilmu pengetahuan. Berdirinya beberapa perpustakaan dan pusat-pusat belajar besar di Timur dan di Barat, merupakan salah satu bukti sejarah dari tingginya peradaban Islam di masa itu.

Salah satu di antara pusat ilmu pengetahuan tersebut yang terkenal adalah yang berada di kursi kekuatan imperial, Bait Al-Hikmah (House of Wisdom) atau Rumah Kearifan, yang tumbuh subur pada era Abbasiyah di Baghdad sekitar abad ke 7 Masehi. Rumah Kearifan itu dibangun oleh Khalifah Harun Al-Rasyid. Sebuah lembaga pendidikan sebagai pusat penelitian dan pengkajian beragam ilmu pengetahuan.

Salah satu kegiatannya adalah menerjemahkan karya-karya ilmuwan terdahulu, termasuk didalamnya ilmuwan Romawi dan Yunani. Tujuan Harun Al-Rasyid mendirikan lembaga tersebut tidak hanya sekadar menjadi pusat penerjemahan, tetapi lebih dari itu adalah untuk mendorong dan mempromosikan program belajar dan penelitian bagi para sarjana dalam berbagai disiplin ilmu.

Ketika Al-Ma′mun telah menggantikan kedudukan Harun Al-Rasyid, keberadaan Bait Al-Hikmah makin berkembang pesat. Meski pun bukan sebagai pendiri dari rumah kebijakan tersebut, perhatian Al Mak′mun pada lembaga pengkajian ilmu pengetahuan tersebut sangat istimewa. Minatnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan demikian besar, bahkan Al-Ma′mun berhasil mendirikan dua buah observatorium, yang dibangun di atas gunung Qaysun di Damascus dan di Shammasia di Baghdad.

la juga menyediakan fasilitas-fasilitas untuk memacu semangat para sarjana agar lebih memusatkan perhatian dan mencurahkan pikiran dan keahliannya masing-masing.

Al Ma′mun mengimpikan akan terlahir para ′penerang jalan′ sekaligus pelopor-pelopor yang mewujudkan kemajuan peradaban Islam di masa selanjutnya.

Dan apa yang menjadi harapannya membawa realitas dengan semakin banyaknya karya-karya besar yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Bahkan, banyak dari para sarjana yang berhasil menulis berbagai kitab buah pikiran mereka sendiri, salah satunya yang menonjol adalah Al-Khawarizmi.

j4p43

Pergumulan ide di ruang-ruang observasi

Sejak berada di Bait Al-Hikmah, sosok Al- Khawarizmi mendapat perhatian besar dari Khalifah. Pikiran-pikirannya banyak menjadi isu dan disambut hangat oleh komunitas ilmuwan disana. Kehidupannya ditanggung sepenuhnya difasilitasi oleh kerajaan. Al Mak′mun dengan penuh semangat mendorong Al-Khawarizmi, di berbagai lawatannya ke negeri lain untuk mengadakan serangkaian penelitian dan memperdalam ilmu pengetahuan.

Pengorbanan pemerintah kerajaan pun dijawab oleh intelektual muda ini dengan keberhasilannya yang mengagumkan dalam menyumbangkan pikiran-pikiran dalam karya bukunya ke berbagai ilmu pengetahuan yang menjadi basis kemajuan peradaban Islam.

Pikiran-pikiran Al-Khawarizmi telah mengukuhkannya menjadi sosok pakar matematika yang diakui oleh tokoh-tokoh sejarah dan ilmuwan di masa berikutnya baik di kawasan Timur sendiri maupun di dunia Barat. Di bidang astronomi, hasil kajian Al-Khawarizmi banyak perhatian perhatian besar dari berbagai kalangan, yang membawanya ke dalam rangkaian penelitian dari ruang ke ruang observatorium.

Dari hasil observasinya di bidang ilmu astronomi menghasilkan berbagai temuan-temuan baru yang penting dan fundamental bagi ilmu astronomi juga ilmu matematika.

Sains Era Baru

Dengan ilmu astronomi, Al-Khawarizmi mengungkapkan ramalan tentang waktu Nabi Muhammad SAW dilahirkan secara cermat. Ia juga tercatat sebagai salah seorang astronom yang ikut membuat peta dunia atas permintaan Khalifah Al-Ma′Mun. Peta dunia tersebut kemudian dikenal dengan nama Peta Ptolemy.

Banyak temuan-temuan Al-Khawarizmi khususnya ilmu matematika. Karya aljabarnya yang paling monumental berjudul Al-Mukhtasar fi Hisab Al-Jabr wal Muqabalah. Al-Khawarizmi adalah penemu teori algoritma dan aljabar. Beberapa penemuan sains dan pemikirannya yang menjadi pedoman para ilmuwan dimasa itu dan selanjutnya, yakni bilangan nol.

Menurut Alkharizmi angka nol penting bagi suatu bilangan. Nol adalah suatu angka dan digit angka yang digunakan untuk mewakili angka dalam angka. Angka nol memainkan peran penting dalam matematika, yakni sebagai identitas tambahan bagi bilangan bulat, bilangan real, dan struktur aljabar lainnya.

Sebagai angka, nol digunakan untuk tempat dalam sistem nilai tempat. Sejauh ini, belum ada sumber yang menjelaskan inspirasi Al-Khawarizmi menggunakan angka nol tersebut.

Algoritma, ditemukan oleh Al-Khawarizmi, kata ″algoritma″ berasal dari latinisasi nama Al-Khawarizmi. Awalnya adalah kata ″algorisma′, isitilah yang merujuk pada aturan-aturan aritmetis untuk menyelesaikan persoalan menggunakan bilangan numerik Arab (pengembangan dari karya ilmuwan India untuk untuk menemukan bilangan desimal). Kemudian, pada abad ke-18, istilah ini berkembang menjadi algortima yang mencakup semua prosedur atau urutan langkah yang jelas dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan algoritma seseorang bisa berbeda dengan algoritma orang lain, Adapun penekanan kedua adalah tertulis, yang artinya dapat berupa kalimat, gambar atau tabel tertentu.

Konsep Aljabar ditemukan juga oleh Al-Khawarizmi. sebuah cabang ilmu matematika yang mempelajari penyederhanaan dan pemecahan masalah hitungan menggunakan ′simbol dan angka′ sebagai pengganti konstanta dan variabel.

Menyaksikan Hari Ini

Abu Faraj mengomentari tentang hal itu dengan mengatakan, ″Para intelektual besar ini tidak hanya menerjemahkan sejumlah karya benilai tetapi mereka juga menulis sejumlah buku karya mereka sendiri. Kebanyakan dari mereka terinspirasi melalui eksperimen ilmu pengetahuan dan mencari kembali jawaban atas berbagai pertanyaan dari banyaknya asumsi yang ada.″ Al-Khawarizmi berhasil melakukan kegiatan-kegiatan di atas dengan baik dan mendapat hasil yang gemilang

Salah seorang pengagum Al-Khawarizmi, George Ston mengatakan bahwa sosok Al-Khawarizmi adalah ″Salah seorang ilmuwan terkemuka dari bangsanya, dan yang terbesar pada zamannya.″

Tak pernah terbayangkan oleh kebanyakan manusia era sekarang, betapa rumitnya jika kita menggunakan angka-angka Romawi, untuk membuat perhitungan matematika. Berapa banyak waktu dan usaha untuk mengoperasikan sistem hitungan tersebut bila kita masih menggunakan angka-angka yang sedemikian kaku.

Dalam memecahkan soal hitung yang paling sederhana sekali pun, bila masih menggunakan angka Romawi tentunya akan banyak memakan tempat, membutuhkan waktu dan tenaga. Sebaliknya, angka-angka Arab, segala sesuatunya jauh lebih mudah, sederhana dan lebih kooperatif, sekalipun dalam sebuah kalkulasi yang kompleks.

Dunia Barat pun mengakui, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di sana tak akan berkembang pesat bila mereka masih terjebak dalam penggunaan angka Romawi. Tentunya mereka tidak akan maju bila sampai hari ini masih mengandalkan angka Romawi yang tidak memiliki kesederhanaan dan kelenturan istimewa, daripada jika mereka memakai sistem desimal, angka nol. (TIM JUMRAH)

Artikel Terakhir

Arsip

Penyelenggara Umrah