Ar-Razi

Edisi 6 Desember 2015 Tsaqofah Islamiyah
img

Dokter Klinikus Islam Terbesar Sepanjang Masa

Ia adalah representasi kebesaran intelektual muslim di abad Pertengahan (19). Reputasinya hanya mampu ditandingi oleh lbnu Sina. Ia bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi, dikenali sebagai rhazes di dunia barat. Dan merupakan salah satu pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930 Masehi.

Ar-Razi memiliki masa muda yang unik, ia menekuni dunia musik dan vokal, ia pun piawai memainkan kecapi. Namun, saat usia dewasa, dia meninggalkan kegemarannya seraya berkomentar, “Musik yang berasal dari antara kumis dan jenggot tak punya daya tarik dan pesona untuk dipuji serta dikagumi.”

Diusianya 30 tahunan, Ar-Razi mulai mencurahkan pikirannya ke dunia ilmu pengetahuan (sain). Ia mulai sibuk mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Namun, Ia memutuskan untuk berhenti menekuni ilmu kimia, dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Ia pun mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah Ar-Razi tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran.

Selanjutnya, ia mengawali studi kedokterannya. Selain menekuni bidang medis, ia juga turut mendalami dunia filsafat yang marak saat itu. Ar-Razi mempelajari filsafat dari salah seorang gurunya, Al-Balkhi, seorang ahli filsafat dan juga ilmu-ilmu pengetahuan klasik. Guru Ar-Razi tersebut berasal dari kota Balkh (Asia Tengah).

Ar-Razi juga belajar kepada Abu Hassan Ali ibn Rabban At-Thabari, seorang dokter sekaligus ahli filsafat, berasal dari Tabaristan yang juga sempat berkunjung ke Rayy pada 289 H (902 M).

Dari gurunya itu, Ar-Razi berhasil mendalami berbagai ilmu pengetahuan, kepandaian Ar-Razi bahkan mengungguli gurunya. Hingga pada masa selanjutnya, Ar-Razi dipercaya untuk mengepalai Rumah Sakit di Rayy, kala itu kota Rayy berada di bawah kekuasaan Gubemur Manshur ibn lshaq ibn Ahmad ibn Asad 290-296 H (903-909 M).

Di masa yang sama, Ar-Razi juga menulis salah satu karyanya, ‘at-Tibb al-Mansur’ untuk dipersembahkan kepada Manshur ibn lshaq ibn Ahmad yang menjadi pelindungnya.

Setelah sekian lama bergelut dengan kesibukannya di Rayy, Ar-Razi berniat untuk hijrah ke Baghdad. Kala itu keahlian-nya sebagai dokter di Rayy, berhasil mempopulerkan namanya di dunia kedokteran. Bahkan diberitakan telah mengungguli para dokter istana lainnya.

img

Bagdad & Popularitas Ar-Razi

Baghdad sebagai pusat kegiatan intelektual tentunya semakin memacu perkembangan intelektual Ar-Razi. Ar-Razi memulai studinya dan menekuni berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, filsafat, astronomi, dan ilmu kimia.

Di Baghdad ia berguru kepada salah seorang murid Hunayn ibn Ishaq. Hunayn ibn lshaq sendiri merupakan salah seorang ilmuwan yang bekerja keras untuk menerjemahkan berbagai naskah Yunani kuno bersama kelompokknya. Tak heran bila akhirnya dia memiliki murid-murid termasuk Ar-Razi yang berhasil menguasai ilmu pengobatan Yunani, Persia, dan India.

Dengan berbagai karya yang disumbangkanya terhadap saintis modern, para ilmuwan Barat mengakui Ar-Razi sebagai ilmuwan terkemuka di Abad Pertengahan. Bahkan dirinya menjadi ilmuwan Muslim yang banyak mempengaruhi jalan pemikiran ilmuwan lainnya dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.

img

Dokter Klinikus Sepanjang Masa

Pemikirannya serta keahliannya di bidang medis yang pada abad ke-19 berhasil menempatkan Ar-Razi sebagai dokter klinikus islam terbesar sepanjang masa. Reputasinya terdengar sampai Eropa, pada abad pertengahan dan jaman renaisance yang hanya mampu ditandingi oleh lbnu Sina.

Bahkan sebagian kalangan ilmuwan menganggap bukunya terlalu maju bagi orang-orang Latin pasca Constantine dari Afrika. Walaupun karyanya sempat diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di Spanyol dengan judul “Continens”, tetapi tidak seluruhnya sempat diterjemahkan, sebabnya adalah karya itu merupakan suatu koleksi karya yang sangat kolosal.

Pada masa modern, tak pelak lagi bila kalangan kedokteran menganggap karya-karya Ar-Razi lebih unggul ketimbang karya teoritis dan spekulatif dari lbnu Sina. Tanpa memandang rendah teori, Ar-Razi menangani setiap kesulitan yang dihadapi oleh para praktisi kedokteran.

Para sarjana kedokteran baik di Barat atau di Timur banyak mendapatkan manfaat dengan adanya khasanah advis-advis kedokteran yang diberikan oleh Ar-Razi. Dokter Winston berkomentar, “Ar-Razi mengobati penyakit kronis dengan cara yang kita terapkan dewasa ini, dan dia telah melakukan penjahitan pada luka-luka yang terbuka.”

Dengan melihat sistematikanya, maka akan didapati bahwa Ar-Razi lebih tepat disebut sebagai seorang dokter klinikus.

Karirnya kian gemilang saat ia ditunjuk oleh khalifah Al-Muqtadir (908-932 M) sebagai kepala Rumah Sakit Umum Al-Adhud (Mustashfa Al-Adhud, sebuah rumah sakit besar di Baghdad kala itu.

lbnu Juljul dalam karyanya menyatakan bahwa setelah dari Rayy, Ar-Razi pergi ke Baghdad pada masa Khalifah Muktafi (289-295 H atau 901-908 M) dan memimpin rumah sakit di sana.

Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah Islam.

img

Paparan Ar-Razi Tentang Penyakit

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:

“Cacar terjadi ketika darah ‘mendidih’ dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi.”

Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: “Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut.”

Buku ar-razi yaitu al-judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir Ar-Razi dalam buku ini.

Alergi dan demam, Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit “alergi asma”, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.

Bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-Razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

Etika kedokteran, Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan.

Pada saat yang sama ia juga mengatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan kualitas seorang dokter, Ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi baru.

Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat.

Kembali Ke Kota Kelahiran

Setelah kematian Khalifah al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, Ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy.

Semenjak kepulangannya itulah, Ar-Razi banyak didatangi oleh orang-orang yang hendak belajar kepadanya, bahkan dikabarkan jumlah muridnya tak tanggung-tanggung banyaknya.

Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, Ar- Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.

Dia pun mulai menerapkan praktek kedokteran yang telah dikuasainya. Lagi-lagi, namanya dalam bidang pengobatan di Rayy mulai banyak diketahui orang-orang yang membutuhkan jasanya untuk mengobati mereka yang datang dari seantero Asia Barat. Mereka adalah saksi atas kecakapan dan keahlian Ar-Razi dalam bidang kedokteran pada masanya.

Selanjutnya, keberhasilan Ar-Razi dalam praktek pengobatannya kian menumbuhkan kepercayaan pemerintah terhadapnya. Ar-Razi pun dipercayai untuk menjabat sebagai administrator di rumah sakit yang baru saja didirikan di kota Rayy.

Reputasi Di Kalangan Ilmuwan

Reputasi Ar-Razi sebagai sesepuh ilmu kedokteran menarik banyak mahasiswa dari berbagai pelosok negeri Islam. Saking banyaknya mahasiswa yang ingin menimba ilmu kepadanya, membuatnya harus duduk jauh berada di depan. Keterbatasan sarana membuat mereka yang berada di barisan depan secara berurutan menyampaikan apa yang diajarkan Ar-Razi kepada yang lainnya yang ada di belakang mereka.

Dirinya telah menjadi dokter praktek yang terbesar pada masanya. Mendapat keistimewaan dengan diangkatnya dia sebagai kepala (direktur) dua buah rumah sakit yang terbesar sekaligus. Yaitu dua buah rumah sakit yang berada di Rayy dan Baghdad.

Konon ketika dirinya hendak mendirikan rumah sakit di Baghdad, menurut penuturan Ibn Abi Usaibiah, Ar-Razi mencari lokasinya dengan cara menggantungkan daging mentah di berbagai tempat, setelah itu dipilihnya tempat yang menunjukkan gejala pembusukan paling sedikit.

Salah satu karyanya, Al-Hawi yang sangat berarti bagi dunia Barat, yang diakui sebagai buku induk dunia kedokteran, intisari ilmu-ilmu Yunani, Syiria, dan Arab, rangkuman ilmu kedokteran yang telah dibaca, dicatat, dan diuji kebenaranya melalui eksperimen.

Tak heran bila para Raja-Raja di Barat memerintahkan penerjemahan atas buku tersebut, seperti Raja Charles, Raja Salih, dan Raja Napels. Buku ini dikemudian hari diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh dokter Yahudi Sisilia, Faraj ibn Salim pada 1279 M atas perintah Pangeran Charles I, salah seorang raja Sisilia, dengan judul ‘Continens’. Sejak 1486 M buku ini pun terus mengalami cetak ulang.

Setelah itu, tepatnya 50 tahun kemudian, Hally Abbas, sejarawan Arab berhasil menemukan salinan karya tersebut tetapi hanya dua buah salinan saja. Menurutnya, Ar-Razi menurunkan seluruh pengetahuan yang diperlukan oleh seorang dokter di bidang kesehatan.

Sebagai bentuk penghormatan terhadapnya, maka dinukilkan berbagai pendapat dan pengakuan tokoh lain terhadapnya. Max Mayerhof berkata, “Rhazes (Ar-Rari) adalah tabib terbesar di dunia lslam, dan satu yang terbesar di sepanjang zaman.

Ali Abbas berkomentar, “Dia tak mengabaikan hal-ha1 paling kecil sekalipun yang diperlukan setiap orang yang akan mempelajari bidang penyembuhan dan pencegahan penyakit.” ltulah awal penerjemahan yang akhimya, membawa pengaruh pemikiran Ar-Razi sampai kepada ilmuwan Barat.

Kisah hidup Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar- Razi, (Ar-Razi) yang hidup masa 251-313 (865 -925 Masehi) sarat dengan berbagai kisah gemilangnya dalam berbagai keilmuwan, adalah cermin kebesaran intelektual muslim yang tidak semestinya dilupakan oleh kaum muslim sendiri.

Saat ini terbawa arus Barat yang telah mengubur para ilmuwan muslim dalam-dalam seakan-akan para ilmuwan muslim itu tidak mempunyai peran sedikit pun bagi kehidupan di bumi. (TIM JUMRAH)

Artikel Terakhir

Arsip

Penyelenggara Umrah