Kemuliaan Tiga Tanah Suci: Al Aqsha (Bagian 3)

Edisi 3 Agustus 2015 City Tour
Masjidil Haram

Tempat pahala shalat dilipatgandakan

Secara historis, Masjidil Aqsha (Al Aqsha) memiliki peran strategis dalam perkembangan peradaban dan kehidupan religi umat manusia. Sejak dulu masjid ini menjadi pusat tersebarnya syiar-syiar para nabi ‘alaihim ash-shalatu wa salam. Berada di kota Yerusalem, kota yang juga bernama Al Quds ini menjadi saksi dari begitu banyak Nabi Allah yang menyampaikan dakwahnya di tanah suci yang sarat dengan kemuliaan didalamnya.

Inilah Al Aqsha, yang dalam surat Al Isra, Allah SWT menyebut masjid agung ini dengan nama Masjid Al Aqsha. Allah SWT berfirman:

″Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.″ (QS. Al-Isra: 1)

Nama masjid ini disebutkan juga dalam firman Allah sebagai Al-Ardhu al-Mubarakah (tanah yang penuh keberkahan), Rasulullah dalam sabdanya menyebutkan sebagai Baitul Maqdis (tempat suci).

Al Aqsha dibangun dengan dinding berwarna kuning gading dan kubah berwarna hitam-kelabu. Batu pondasi Al Aqsha diletakkan oleh Allah di Palestina sejak jaman Adam ‘Alaihis Salam.

Sungguh sebuah rencana Allah SWT dalam masa yang sangat panjang.

Masjid ini pernah menjadi kiblat pertama shalat bagi umat Islam se dunia. Posisinya sebagai kiblat digantikan Kabah di Masjidil Haram pada bulan ke-17 setelah Rasulullah hijrah dari Mekah ke Madinah.

Tepatnya berada di Yerusalem, Palestina, negeri yang dulu pernah dihuni oleh dua suku bangsa Arab; Finiqiyyun dan Kan′aniyyun. Namun pada suatu masa masuklah orang- orang Yahudi ke Palestina, mereka lari dari kejaran Fir′aun.

Di jaman khilafah Umar bin Al-Khaththab RA, kekuasaan Islam meliputi wilayah Palestina. Hingga pada 1948, Palestina jatuh secara dhalim ke tangan orang-orang Yahudi dari berbagai negeri dengan gerakan zionisme.

Kisah yang paling mentakjubkan dari Al Aqsha adalah saat Isra′ Mi′raj Rasulullah SAW pada 620 Masehi. Al Aqsa menjadi tempat terakhir perjalanan Isra′ Muhammad SAW yang bermula dari Masjidil Haram

Dari tempat ini pula Rasulullah SAW di-mi′raj oleh Allah SWT, memulai perjalanan menuju Sidrat Al Muntaha (langit lapis ke tujuh). Pada saat malam Isra′ dan Mi′raj itu pula, masjid yang juga disebut sebagai Baitul Maqdis ini diyakini menjadi tempat Rasulullah melakukan ibadah shalat berjamaah sebagai imam, bersama 25 rasul dan lebih dari 160.000 nabi.

Masjid kedua yang dibangun di muka bumi

Tidak satu bentuk tempat ibadah pun yang ada di muka bumi saat Masjid al-Haram dan Masjid Al Aqsha dibangun.

Dua pendapat yang berbeda dari para ulama mengatakan, masjid ini dibangun oleh para malaikat atau oleh Adam ‘Alaihis Salam. Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa Masjid Al-Aqsha dibangun oleh Adam AS.

Mengenai jarak waktu pembangunan Masjid al- Haram dengan Masjid al-Aqsha diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan, ″Aku berkata, "Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama kali dibangun di bumi?" Beliau bersabda, "Masjidil Haram". Dia (Abu Dzar) berkata,

″Aku katakan, ″Lalu setelah itu?″ Beliau bersabda, ″Masjidil Aqsha″. Aku katakan, Berapa jarak waktu antara (pembangunan) keduanya". Beliau bersabda, ″Jarak antara kedua adalah 40 tahun. Kemudian dimanapun kau didapati waktu shalat setelah itu, maka shalatlah (disitu), karena keutamaan ada padanya (yakni, shalat di awal waktu)″. (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa′i, Ibnu Majah)

Keutamaan Shalat di Al Aqsha

Keutamaan Shalat di Al Aqsha Luas area Al Aqsha adalah 144 dunum, 1 dunum sama dengan 100 meter persegi, luas ini tidak bertambah/berkurang dalam kurun sejarahnya, berbeda dengan Masjid al-Haram dengan Masjid an-Nabawi yang terus mengalami perluasan.

Umat muslim yang shalat di dalam komplek Al Aqsha ini, baik di bawah pepohonan yang ada di sana, teras-teras bangunan, di Qubbatus Sakhrah, atau di Jami′ al-Qibli, maka pahala shalatnya akan dilipatgandakan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, dari Abi Dzar RA, ia mengatakan, ″Kami (para sahabat) sedang duduk-duduk bersama Rasulullah, lalu kami membicarakan mana yang lebih utama Masjid Rasulullah (Masjid Nabawi pen.) ataukah Masjid Baitul Maqdis.″ Maka Rasulullah SAW bersabda;

″Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat di Masjid al-Aqsha, dan Masjid al-Aqsha adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir tiba suatu masa, dimana seseorang memiliki tanah seukuran tali kekang kudanya, dari tempat itu terlihat Baitul-Maqdis, hal itu lebih baik baginya dari dunia seluruhnya atau beliau mengatakan lebih baik dari dunia dan segala yang ada di dalamnya.″ (HR. Hakim dan dishahihkan oleh adz-Dzahabi)

Diantara keutamaan Al Aqsha, Allah SWT mengampuni dosa umat muslim yang shalat di dalam Al Aqsha, Rasulullah SAW bersabda;

″Sesungguhnya Sulaiman bin Dawud SAW tatkala ingin membangun (memugar) Masjid Baitul Masjid, maka ia meminta kepada Allah -Azza wa Jalla- tentang tiga hal: Dia meminta kepada Allah -Azza wa Jalla- hukum (keputusan) yang sesuai dengan hukum-Nya, lalu ia pun diberi; dia meminta kepada Allah -Azza wa Jalla- suatu kekuasaan yang tak pantas bagi seorangpun setelah Sulaiman, lalu ia pun diberi; Dia meminta kepada Allah -Azza wa Jalla- setelah usai memugar Masjidil Aqsha agar tak ada seorang pun yang datang, sedang tak ada yang mendorongnya (untuk datang), selain shalat di dalamnya agar orang itu dikeluarkan dari kesalahan (dosa)nya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya". (HR. An-Nasa′i dan Ibnu Majah)

Jadi, dengan shalat di Masjidil Aqsha, Allah SWT mengampuni dosa umat muslim. Ini keutamaan besar yang Allah SWT berikan kepada umat yang shalat di sana. Perbandingan kebaikan shalat di Masjid Nabawi dengan di Al Aqsha, adalah empat banding satu. Ini maksudnya jika shalat sekali di Nabawi, kita akan mendapatkan seribu kali pahala shalat atau lebih baik lagi. Dengan shalat di Al Aqsha, kita akan mendapatkan sebanyak 250 pahala shalat.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Abu Dzar RA, ia mengatakan, "Kami pernah berbincang-bincang, sedang kami di sisi Rasulullah "Manakah yang lebih afdhal (utama), apakah Masjid Rasulullah (Al Nabawi) ataukah Masjid Baitul Maqdis (Al Aqsha)?" Maka Rasulullah bersabda, ″Shalat di masjidku ini lebih afdhal dibandingkan empat kali shalat di dalamnya (Al Aqsha). Dia adalah sebaik-baik tempat shalat. Hampir-hampir seorang tidak memiliki tanah senilai tali kuda, dimana akan diperlihatkan Baitul Maqdis baginya dari tempat itu. Itu (tanah sekecil itu) adalah lebih baik baginya dibandingkan dunia seluruhnya". –atau beliau bersabda-, "lebih baik dibandingkan dunia, dan sesuatu yang ada di dalamnya″. HR. Ibrahim bin Thahman Al-Khurasaniy dalam Masyikhah-nya (hal.119), Ath-Thabraniy dalam Al-Ausath (6983 & 8230), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (8553), Al- Baihaqiy dalam Syu′abul Iman (4145), dan lainnya.

img

Tempat Mencari Pahala dan Keutamaan

Dalam ajaran Islam, seorang muslim dianjurkan untuk melakukan safar, berziarah ke suatu tempat ibadah untuk memperoleh pahala dan kemuliaan. Rasulullah bersabda;"Tidak ber-safar, kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Rasul SAW (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha". HR. Al-Bukhari (1189), dan Muslim (1397)

I′tikaf Yang Paling Utama

I′tikaf yang paling utama dilakukan oleh setiap muslim adalah i′tikaf pada salah satu dari tiga masjid itu, yakni Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha, dengan ber-safar. Rasulullah bersabda; ″Tak ada i′tikaf (yang sempurna, pent-), kecuali di tiga masjid: Masjid Madinah (Masjid Nabawi), Masjid Mekkah (Masjidil Haram), dan Masjid Iliya (Masjidil Aqsha)" [HR. Al- Baihaqiy dalam Al-Kubro (8357), Ath-Thabrani dalam dalam Al-Kabir (9511), dan lainnya.

Pembangunan (kembali) Masjid Al Aqsha

Nabi Muhammad SAW bersabda; "Pembangunan Baitul Maqdis adalah (waktu) hancurnya kota Madinah. Hancurnya Madinah adalah (waktu) munculnya perang besar. Muncul-nya perang besar adalah (waktu) direbutnya Qostantiniyah (kerajaan Romawi). Direbutnya Qostantiniyah (kerajaan Romawi) adalah (waktu) keluarnya Dajjal″. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (4294), Ahmad dalam Musnad-nya (22076 & 22174), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (8297), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (214), dan lainnya.

Sebagai penegasan makna atas hadist tersebut Al- Allamah Syamsul Haq Al-Adhim Abadi mengatakan, ″Pendapat yang paling benar, yang dimaksud dengan pembangunan Baitul Maqdis adalah kesempurnaan dalam hal pembangunan, yaitu pembangunan Baitul Maqdis secara sempurna lagi melebihi batas, saat hancurnya kota Madinah, karena Baitul Maqdis tak akan hancur″. [Aunul Ma′bud (11/270)]

Masjdil Aqsha tak akan Dimasuki Dajjal

Allah-Ta′ala telah memberikan keutamaan kepada Al Aqsha sebagaimana Mekkah, Madinah, serta Thur; Dajjal tidak akan memasuki ke tempat-tempat ini sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Mujahid RA berkata :

″Selama enam tahun, kami di bawah pimpinan Junadah bin Abi Umayyah. Dia pernah berdiri memberikan khutbah kepada kami seraya berkata, ″Kami pernah mendatangi seorang Anshor (Ubadah bin Ash-Shamit) dari kalangan sahabat Rasulullah. Kami pun masuk menemuinya seraya berkata, ″Ceritakanlah kepada kami sesuatu yang pernah Anda dengar dari Rasulullah, jangan Anda ceritakan kepada kami sesuatu yang kau dengarkan dari orang-orang″, lalu kamipun mendesaknya. Maka dia (Ubadah bin Ash-Shomith) berkata, ″Rasulullah pernah berdiri di depan kami seraya bersabda, ″Aku ingatkan kalian (bahaya) Al-Masih (yakni, Dajjal). Dia adalah seorang yang buta sebelah matanya –Rowi berkata, ″Aku yakin ia bersabda,″yang kiri″–. Akan berjalan bersamanya gunung-gunung roti, dan sungai air. Tandanya, ia akan tinggal di bumi selama 40 hari. Kekuasaannya akan mencapai semua tempat minum (telaga). Dia tak akan mendatangi empat masjid: Masjid Ka′bah, Masjid Rasul, Masjidil Aqsha, dan Thur (Thursina′). Apapun yang terjadi, ketahuilah bahwa Allah -Azza wa Jalla- tidaklah buta sebelah. –Ibnu Aun (rawi) berkata,″Aku yakin ia bersabda,– ditundukkan baginya seorang laki-laki; Dajjal pun membunuhnya, lalu ia hidupkan, dan tidak ditundukkan selainnya″. [HR. Ahmad (5/364). Di-shahih-kan oleh Al-Arna′uth dalam Takhrij Al-Musnad (23139)]

Begitu banyak keutamaan yang diberikan oleh Allah SWT pada Masjid Al Aqsha dan Yerusalem. Ironis-nya, hingga saat ini umat Islam sulit mendapat akses dan tak leluasa berziarah karena Palestina dan negara- negara muslim (khususnya yang berada di sekitar Palestina), dengan berbagai alasan belum mampu membebaskannya kembali dari zionis Israel. (Tim JUMRAH)

Masjid Al Aqsha Bukan Dome Of The Rock?

Dome of the RockDome of the Rock (Kubah Shakhrah)

Jika kita mencari gambar dengan kata kunci ′al aqsha′ dalam mesin pencari di internet, mungkin akan kita temukan gambar-gambar yang sebagian besar bangunan megah dengan kubah kuning keemasan. Kita mungkin mengira visual itu adalah Masjidil Aqsha. Namun kita tak menyadari bahwa mesin pencari itu telah keliru, yang ia temukan adalah Dome of the rock, yang sebenarnya bukan Masjid Al Aqsha.

Dome of the rock (Kubah Shakhrah/Qubbatus Sakhrah), tempat suci umat Yahudi dan Islam dan marka tanah utama yang letaknya di tengah bagian dalam tembok kompleks Al-Haram asy-Syarif. Kompleks ini berada dalam tembok Kota Lama Yerusalem (Bagian Timur). Kubah ini selesai didirikan tahun 691, menjadikannya bangunan Islam tertua yang masih ada di dunia. Di dalam kubah ini terdapat batu Ash-Shakhrah yang menjadi tempat suci umat Yahudi. Bangunan ini bukan masjid, tetapi kompleks dimana terdapat sebuah batu besar yang dikatakan tempat Rasulullah SAW berdiri ketika peristiwa Isra dan Mi′raj.

Letak di Baitulmuqaddis di kawasan Al-Haram asy-Syarif. Kubah Shakhrah bukan Masjid Al-Aqsa. Lokasi Al-Aqsa tak jauh dari bangunan ini. Kubah ini sering disalahartikan sebagai Masjid Omar yang merupakan tempat Umar bin Khattab bershalat ketika tiba di Baitulmuqaddis. (erw)

Artikel Terakhir

Arsip

Penyelenggara Umrah