Rute Perjalanan Haji Wada’ Rasulullah (Bagian 3)

Senin-Selasa-Rabu, 5-7 Dzulhijjah 10H (3-5 Maret 632M)
Selama menetap di Abthah, Rasulullah Muhamad SAW aktif memberikan arahan mengenai manasik Haji yang diterima dari Allah SWT kepada Hujjaj. Meskipun dalam keadaan berihram, beliau masih menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah tempat lahir beliau di Suq al-Layl dan berAllahh ke makam istri yang paling beliau cintai, Khadijah al-Kubra, yang terletak di Ma′la.
Dari apa yang beliau lakukan saat itu, secara tak langsung terhapuslah tradisi yang aneh pada masa Jahiliyah bahwa orang yang berihram tidak boleh memasuki rumah dari pintu, tetapi harus membuat lubang di belakang rumah atau masuk lewat atap. Tradisi ini dilarang oleh Rasulullah berdasarkan perintah Allah SWT dalam Al-Baqarah(2):189.
Rasulullah SAW juga memeriksa kesiapan Hujjaj men-jelang hari-hari Wuquf dan Tasyriq, sekaligus menjenguk dan mendoakan para jamaah yang sakit, diantaranya beliau pun menjenguk Sa′ad bin Abi Waqqash RA dan hal ini tercatat dalam sebuah hadits:
″Bahwa Nabi SAW mengunjungi Sa′ad di Mekkah, Sa′ad menangis, kemudian beliau bertanya: Mengapa Anda menangis?″ Sa′ad menjawab: ″Sungguh aku khawatir meninggal di bumi yang kau tinggalkan sebagaimana meninggalnya Sa′ad bin Khaulah.″ Maka Nabi SAW berdoa: ″Ya Allah sembuhkan Sa′ad, Ya Allah sembuhkan Sa′ad, Ya Allah sembuhkan Sa′ad.″ (Shahih Muslim, no.4302)
Sejarah mencatat, bahwa doa Rasulullah dikabulkan oleh Allah SWT, Sa′ad diberi kesembuhan dan umurnya panjang dan beliau wafat pada tahun 55 H/677 M atau 45 tahun dari ketika didoakan oleh beliau SAW.
Hari Tarwiyah
Kamis, 8 Dzulhijjah 10H (6 Maret 632M)
Rasulullah SAW memerintahkan Hujjaj yang memakai cara Tamattu′ kembali mengenakan pakaian ihram dan menjauhi larangan-larangan ihram untuk memulai ibadah haji. Mereka yang memakai cara Ifrad atau Qiran, termasuk beliau sendiri, memang sudah dalam keadaan berihram sebab sesudah thawaf dan sa′i pada 2 Maret, beliau dan para sahabat tidak bertahallul. Manasik haji yang beliau terapkan di Arafah, Muzdalifah dan Mina merupakan manasik dengan "sistem baru" yang berbeda dengan sistem lama (cara Jahiliyah), berdasarkan aturan Allah dalam Al-Baqarah (2):196-203 yang diwahyukan pada 625 M (4 Hijriyah) dan baru dapat diterapkan pada ibadah haji Rasulullah SAW tahun 10 Hijriyah, tersebut.
Pada tanggal 8 Dzulhijjah pagi tersebut, Rasulullah SAW beserta Hujjaj pergi menuju Mina untuk mempersiapkan air, sebab mulai 10 Dzulhijjah sesudah pulang dari Arafah mereka akan tinggal di Mina selama beberapa hari (3 hari). Itulah sebabnya tanggal 8 Dzulhijjah disebut Hari Tarwiyah. (tarwiyah artinya mempersiapkan air). Meskipun saat ini, persediaan air di Mina berlimpah sehingga para jamaah tidak perlu tarwiyah (mempersiapkan air), sebagian besar ′Ulama′ tetap berpendapat bahwa pergi ke Mina tanggal 8 Dzulhijjah merupakan sunnah (fi′liyyah) Rasulullah SAW dalam berhaji.
Selama di Mina (pada 8 Dzulhijjah) tersebut, dari mulai waktu Dhuha hingga malam hari, Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuhur, Ashar dan Isya′ di-qashar tidak di jama′ dan semuanya dengan berjamaah. Namun berdasarkan kitab Shahih Bukhari, hadits no.1082-1084, Khalifah ′Utsman bin ′Affan RA melaksanakan shalat secara sempurna, tidak di-qashar.
Hari Wuquf
Jum′at 9 Dzulhijjah 10H (7 Maret 632M)
Pagi, saat matahari terbit, Rasulullah dan Hujjaj berangkat menuju ke Arafah. Ketika melewati Muzdalifah, kaum Quraisy berharap Rasulullah SAW berhenti, sebab selama ini kaum Quraisy (Ahmasi) selalu ber-wuquf di Muzdalifah sedangkan yang berwuquf di Arafah adalah mereka yang bukan suku Quraisy (hullah).
Maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada seluruh jamaah haji tanpa kecuali, untuk kembali kepada syari′at haji, Nabi Ibrahim AS untuk ber-wuquf di Arafah, sesuai dengan firman Allah:
″Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (′Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.″ (QS. Al Baqarah(2):199)
Sebelum masuk Arafah Rasulullah SAW singgah di bukit Namirah atau Namrah, dan ketika masuk waktu dhuhur (matahari tergelincir ke barat) beliau pergi ke tengah Padang Arafah (di Lokasi Masjid Namirah yang sekarang).
Rasulullah menghentikan unta beliau, Al-Qashwa, di tanah yang lebih tinggi. Di samping beliau berdiri Rabi′ah ibn Umayyah yang mempunyai suara keras dan lantang, dan ditugasi untuk menyambung suara Nabi agar jelas terdengar oleh ratusan ribu jamaah yang hadir. Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan khutbah:
Khutbah Wada′
Wahai manusia sekalian! perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu, boleh jadi sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi akan bertemu dengan kamu sekalian. (Sebagaimana kandungan hadits Shahih Muslim no.1297).
Wahai manusia sekalian!. Bahwasannya darah dan harta benda kamu sekalian adalah suci buat kamu sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan, seperti kalian menghormati hari (Arafah) ini dan bulan (Dzulhijjah) ini, di tanah yang suci (tanah suci/Arafah) ini.
Apakah, aku sudah menyampaikan ini!, maka Jawab sekalian manusia (Hujjaj) :″Ya, Wahai Rasul″. Maka Beliau mengangkat tangan menengadah ke langit dan berkata:″ Ya Allah saksikanlah !″ diucapkan tiga kali. Dan kalian pasti akan bertemu dengan Tuhanmu, pada waktu itu kamu akan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatanmu, dan sungguh aku telah menyampaikan! Maka siapa yang mengemban amanat, maka hendaklah ia menyampaikan kepada yang berhak menerimanya. (Tafsir Ibnu Katsir juz 4 hal 215, Shahih Bukhari no 105, dan Shahih Muslim no 1218).
Bahwa semua riba dari Riba Jahiliyyah sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya.
Bahwa riba yang pertama yang aku hapus adalah riba pamanku ′Abbas bin Abdul-Muthalib. Bahwa semua tuntutan darah selama jahiliyah tidak berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah ′Amir Ibnu Rabi′ah bin Al-Harits bin Abdul-Muthalib! yang dulunya disusukan di Bani Laits yang dibunuh oleh Hudzail. Ya Allah sungguh aku telah menyampaikannya. Maka Hujjaj menjawab tiga kali:″Benar Ya Rasul″ Maka beliau berkata:″ Ya Allah saksikanlah!″ diucapkan tiga kali. (Gabungan hadits-hadits dar At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari sahabat ′Amr bin Al-Ahwash. Shahih Abu Dawud, no. 3087; Dari Ma′rifat As Sunan wal Atsar lil Baihaqi, 14/426; Akhbar Makkah lil Fakihi, 5/90)
″Bahwa setiap tradisi Jahiliyyah dihapus kecuali tradisi pengaturan pemberian minum (logistik) bagi jamaah haji dan tradisi penjagaan dan pemeliharaan Al Bait (ka′bah).″ (HR. Ahmad, 2/103 no.5805; Baihaqi, 8/68, no.15896; Ad Daruquthni, 3/105 dan Humaidi 2/307 no.702)
Kemudian beliau bersabda: ″Bahwa sesungguhnya hukuman untuk pembunuh adalah hukuman mati, kecuali tidak sengaja terpukul (tongkat) atau terlempar (batu), maka pelakunya dikenai denda 100 (seratus) ekor unta, siapa yang menuntut lebih maka ia termasuk orang-orang yang berpegang teguh kepada tradisi Jahilliyah.″ (Shahih Abu Dawud, no.4547; Nasa′i, 8/41, Ibn Majah, no.2627, Ibn Hibban, no. 1526, dengan sanad yang Shahih dari Ibn ′Umar)
Wahai manusia sekalian! Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah di Bumi kalian ini selamanya, akan tetapi setan senang jika ditaati selain itu, maka setan senang dengan amalan jahat yang kalian lakukan, maka berhati-hatilah atas Agama kalian. (Tarikh At Thabari, 2/205)
Wahai manusia sekalian!. Sesungguhnya mengulur atau menunda waktu (An Nasiah) itu hanya menambah kekufuran yang menyesatkan orang-orang Kafir, mereka (orang kafir) itu menghalalkannya dalam setahun dan mengharamkannya dalam setahun dengan tujuan menggenapkan bilangan (bulan) yang diharamkan Allah, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. (Tarikh At Thabari, 2/205)
Dan sungguh, waktu terus berputar, sejak hari Allah menciptkan langit dan bumi, dan sungguh, jumlah bilangan bulan di sisi Allah ada 12 (dua belas) bulan, empat bulan diantaranya adalah bulan-bulan haram, tiga bulan berturutan dan bulan Rajab sendirian, yaitu bulan antara bulan Jumadi (al akhir) dan Sya′ban. Beliau berkata: ″Ingat, apakah aku sudah menyampaikannya?″ Maka Hujjaj menjawab:″Benar ya Rasul.″ Maka Beliau mengangkat tangan menengadah ke langit dan berkata:″ Ya Allah saksikanlah !″ diucapkan tiga kali. (HR. Ahmad, no.20402, Bukhari no.5230, Muslim no.1679, Abu Dawud, no.1947, Ibn Hibban, 5074)
Wahai manusia sekalian! Maka sungguh kamu mempunyai hak atas istri kamu, dan istrimu juga mempunyai hak atas kamu. Hak kamu atas mereka ialah untuk tidak mengizinkan orang yang kamu tidak sukai menginjakan kaki diatas lantaimu, dan jangan sampai mereka secara jelas membawa perbuatan keji. Kalau mereka sampai melakukan itu Tuhan mengizinkan kamu berpisah tempat tidur dengan mereka dan boleh memukul mereka dengan satu pukulan yang tidak keras. Bila mereka sudah tidak lagi melakukan itu, maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan dan pakaian kepada mereka dengan baik. Berlaku baiklah terhadap istri-istri kamu, mereka itu kawan-kawan yang membantumu, mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Sebab kamu mengambil mereka dengan amanat Tuhan, dan kehormatan mereka dihalalkan untuk kamu dengan nama Tuhan. Bertakwalah kalian kepada Allah dalam memperlakukan istri, dan berwasiat baiklah kalian kepada mereka. Beliau berkata: ″Ingat, apakah aku sudah menyampaikannya?″ Maka Hujjaj menjawab:″Benar ya Rasul.″ Maka Beliau mengangkat tangan menengadah ke langit dan berkata:″ Ya Allah saksikanlah !″ diucapkan tiga kali. (Akhbar Makkah lil Fakihi, 5/90; Tarikh At Thabari, 2/205, Tarikh Ibn Khaldun, 2/59)
″Sesungguhnya Allah ′azza wajalla telah menetapkan untuk setiap orang bagiannya dari harta warisan, karena itu tidak boleh bagi ahli waris mendapatkan tambahan harta warisan berdasarkan wasiat. Seorang anak adalah hak bagi pemilik kasur (suami), sedangkan bagi seorang pezina adalah batu (hukum rajam). Barangsiapa menisbatkan dirinya kepada selain bapaknya, atau (budak yang) menisbatkan kepada selian tuannya, maka ia akan mendapatkan laknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia. Dan Allah tidak akan menerima amalan wajib dan amalan sunah darinya. Atau amalan sunah maupun amalan wajibnya.″ (HR. Ahmad, no.18106, Ibn Majah, no. 2712, Thabrani, no.65).
Wahai manusia sekalian! Maka dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti, bahwa setiap Muslim adalah saudara Muslim yang lain, dan kaum Muslimin semuanya bersaudara, maka seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri. Beliau berkata: ″Ingat, apakah aku sudah menyampaikannya?″ Maka Hujjaj menjawab:″Benar ya Rasul.″ Maka Beliau mengangkat tangan menengadah ke langit dan berkata:″ Ya Allah saksikanlah !″ diucapkan tiga kali. (Tarikh At Thabari, 2/206)
Maka sungguh aku sudah menyampaikan ini, dan kutinggalkan di tangan kamu, yang jika kamu pegang teguh kamu tidak akan sesat selama-lamanya; Kitabullah dan sunnah Rasul. Beliau berkata: ″Ingat, apakah aku sudah menyampaikannya?″ Maka Hujjaj menjawab:″Benar ya Rasul.″ Maka Beliau mengangkat tangan menengadah ke langit dan berkata:″ Ya Allah saksikanlah !″ diucapkan tiga kali. (HR. Al Baihaqi, no.20123, Al Hakim, no 318)
Wahai manusia sekalian! ingatlah sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan bapak kalian itu satu. Setiap kalian adalah anak Adam dan Adam diciptakan dari tanah, , tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang ajam (asing), dan tidak bagi orang ajam atas orang Arab, tidak bagi orang kulit merah atas kulit hitam, dan tidak bagi orang kulit hitam atas kulit merah kecuali dengan taqwa. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Kemudian beliau bersabda:″Apakah sudah aku sampaikan? Ya Allah saksikanlah!″ Maka Hujjaj menjawab:″Benar ya Rasul.″ Beliau berkata: ″Hendaknya orang yang menyaksikan menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.″ (HR Ahmad)
Do′a Wuquf
Selesai berkhutbah, Rasulullah SAW turun dari unta, lalu memimpin shalat dhuhur dan ashar secara jama` dan qashar. Kemudian beliau menuju Sakhrat, di kaki bukit Jabal Rahmah, kemudian beliau bersabda:
″Sebaik-baik do′a adalah do′a pada hari ′Arafah. dan sebaik-baik yang aku dan para Nabi sebelumku ucapkan adalah ″Tidak ada Tuhan selain Allah satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan dan milik-Nya semua pujian. Di tangan-Nya-lah segala kebajikan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (HR. Tirmidzi no. 3585).
Dari ′Ali bin Abi Thalib RA berkata; Nabi SAW memperbanyak doa pada saat wuquf di ′Arafah:
″Ya Allah hanya milik-Mu-lah segala puji. Seperti yang Kau ucapkan, dan sebaik-baik apa yang kami katakan. Ya Allah, untuk-Mu shalatku, ibadahku, hidupku, matiku dan kepada Engkaulah kepulanganku dan kepada Engkau pulalah tumpuan harapanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala godaan-godaan bisikan, dalam hati kekacauan halauan segala urusan dan dari siksa kubur. Ya Allah, aku berlidung pada-Mu dari kejahatan malam yang menyelinap di gelap malam, dari kejahatan di waktu siang hari dan dari kejahatan yang dihembuskan angin.″ (HR. Tirmidzi, di dalam Kitab Syu′ab al-iman).
Dari Ibn ′Abbas RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW berdoa pada saat haji Wada′:
″Ya Allah, Engkau pasti mendengar perkataanku dan Engkau melihat tempatku, Engkau mengetahui apa yang aku rahasiakan dan apa yang aku lahirkan, tiada suatu yang rahasia bagi Engkau dari urusanku, aku ini seorang yang menderita dan memerlukan bantuan, yang gemetar minta dilindungi, yang mengakui dosanya. Aku mohon kepada-Mu dengan permohonan orang-orang yang minta dikasihani, mengharap kepada-Mu dengan harapan orang-orang yang berdosa lagi hina. Aku mohon kepada-Mu, dengan permohonan orang yang sangat takut dan khawatir, ialah orang yang menundukkan kepala di hadapan-Mu, berlinang air matanya, lunglai jasadnya dan dipasrahkan seluruh tubuhnya.
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan doaku kepada-Mu menjadikan aku sial dan celaka, dan jadikanlah doaku sebagai harapan agar engkau tetap sayang kepadaku, wahai Tuhan yang sebaik-baik tempat meminta dan semurah-murah pemberi.″ (At Thabrani dan Al Khathib).
Tidak ada Tuhan selain Allah satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan dan milik-Nya semua pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan dan Dia yang Mahahidup tidak mati. Di tangan-Nya-lah segala kebajikan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, jadikanlah cahaya terang di kalbuku, di pendengaranku, di penglihatanku, di lidahku, di sisi kanan dan sisi kiriku, di atas dan di bawahku, di hadapan dan di belakangku. Ya Allah lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah segala urusanku. Ya Allah, aku berlidung pada-Mu dari kejahatan malam yang menyelinap di gelap malam, dari kejahatan di waktu siang hari dan dari kejahatan yang dihembuskan angin serta dari kejahatan bencana masa. (Musnad Ahmad, 2/240)
Pada saat beliau berdoa tersebut, turunlah wahyu yaitu ayat Al-Maidah (5):3:
Hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku lengkapkan untukmu nikmat-Ku dan Aku relakan bagimu Islam sebagai agamamu.(QS. Al Maidah (5):3)
Ketika Rasulullah SAW menyampaikan wahyu yang baru beliau terima kepada para sahabat, Abu Bakar Shiddiq menangis tersedu-sedu. ′Umar ibn Khaththab bertanya: Apakah yang kau tangisi, wahai Abu Bakar? Bukankah kita seharusnya bergembira bahwa agama kita telah sempurna?″ Abu Bakar menjawab: ″Tidakkah terpikir olehmu, wahai anak Khaththab, wahyu itu merupakan isyarat bahwa Rasulullah SAW mungkin cuma sebentar lagi bersama-sama dengan kita.″
Maka seketika itu pula Umar ibn Khaththab menangis, hingga Rasulullah SAW bertanya, sebagaimana terekam dalam hadits:
Dari Harun bin Abi Waki′ dari ayahnya, berkata:
″Ketika ayat ini turun pada hari Haji Akbar, ′Umar menangis, maka Nabi SAW bertanya:″Apa yang membuatmu menangis, wahai ′Umar?″ ′Umar menjawab:″Kami merasa mendapatkan tambahan tentang agama ini, namun ketika (ajaran agama) ini telah sempurna, maka akan ada kekurangan (maksudnya: ′Umar merasa akan ditinggal wafat oleh Nabi SAW), itulah yang membuat saya menangis.″ Nabi SAW bersabda: ″Engkau Benar.″ (Akhbar Makkah lil Fakihi, 1/372)
Rasulullah SAW memerintahkan Hujjaj untuk tidak menyia-nyiakan waktu wuquf. Sabda beliau;
″Haji adalah wuquf di ′Arafah .″ (HR. An Nasa′i no. 3016, Tirmidzi no. 889, Ibnu Majah no. 3015).
Sambil menghadap kiblat, Rasulullah SAW dan para sahabat memuji dan mengagungkan Allah SWT, berdzikir dan berdoa, memohon ampun atas segala dosa, membaca ayat-ayat Quran dan memperbanyak talbiyah. (Tim JUMRAH)