Al-Kindi

Edisi 5 November 2015 Tsaqofah Islamiyah
img

Pembuka Cakrawala Baru Peradaban Dunia Islam

Pada abad ke 2 dan ke 3 Hijriyah (8 dan 9 Masehi), kota Kuffah dan Basrah merupakan dua pusat kebudayaan Islam yang memiliki perkembangan yang pesat. Saat itu kota Kuffah sebagai tempat studi aqliyah yang populer. Di masa yang sama, bahkan kota Basrah adalah yang terkemuka bagi kalangan terpelajar sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Dalam lingkungan intelektual ini, Al Kindi terlahir dan melewatkan masa kecilnya. Ia lahir di Kuffah sekitar 185 H (801 Masehi), penghujung abad ke 8. Putra Ishaq bin Al-shabbah, Gubernur Daulah Abbasiah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (775-785 Masehi) dan Harun Ar-Rasiyd (786 -809 M).

Al Kindi dengan nama lengkap Abu Yusuf Ya’cub ibn lshak Al Kindi. Di dunia barat ia lebih dikenal dengan sebutan Al Kindus. Berasal dari keturunan suku Kindus di wilayah Arab Selatan. Kindah sendiri merupakan suatu kabilah terkemuka di masa pra lslam yang merupakan cabang dari Bani Kahlan di Yaman.

Di tengah lingkungan yang antusias dalam kemajuan peradaban Islam, Al Kindi banyak mendapat kesempatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu. Puncaknya, kala ia mengenyam dunia pendidikan formal. Besarnya minat Al Kindi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan makin menonjol.

Walaupun orang tuanya meninggal dunia saat Al Kindi berusia muda namun kehidupan ekonominya tergolong berkecukupan. Ayahnya mewariskan kekayaan yang memungkinkan hasrat intelektualnya menekuni berbagai ilmu pengetahuan. Bahkan saat beranjak dewasa, Al Kindi justru mendapat kesempatan meneruskan petualangan intelektualnya ke Basrah.

Basrah

kala itu, seperti banyak dikisahkan oleh ahli sejarah, merupakan kota yang terkemuka bagi kalangan terpelajar untuk menimba ilmu pengetahuan. Popularitas Basrah sebagai pusat ilmu pengetahuan kala itu telah mencapai dunia barat. Kota ini banyak melahirkan bakat-bakat muda yang dikenal banyak kalangan, sebagai kota yang subur bagi perkernbangan ilmu pengetahuan.

Di tengah atmosfir Basrah, Al Kindi turut melebur di berbagai kegiatan ilmiah dengan suasana belajar sangat kondusif. Di kalangan ilmuwan di sana, ia dikenal sebagai filosof Islam pertama keturunan Arab yang banyak menerjemahkan buku filsafat. Kemampuan menjelaskan berbagai masalah, menyimpulkan dan mengungkapkan hal-hal yang sulit dipahami, membuat keberadaannya semakin diperhitungkan. Setelah berada di Basrah untuk kurun waktu yang cukup lama, Al Kindi berniat meneruskan studinya ke Bagdad.

Baghdad

adalah ibu kota kekhalifahan Bani Abas yang sekaligus sebagai pusat ilmu pengetahuan, pada masa itu. Di kota ini, Al Kindi mendapat dukungan serius dari tiga khalifah Bani Abbas, yakni Al Makmun, Al Mu’tasin, dan Al Watsiq. Secara total ketiga khalifah itu mendukung kelangsungan belajar serta kegiatan ilmiah, silosofis, dan kesusastraan pada masa itu.

Mereka ini pada umumnya lebih condong kepada rasionalisme teologis Mu’tazilah.Di Baghdad, Al Kindi gigih mempelajari berbagai jenis ilmu termasuk filsafat. Ia juga mengupas serta menyelesaikan karya terjemahan dari Aristoteles dengan baik.

Kecerdasan Al Kindi membuatnya lebih menonjol diantara para sarjana seangkatannya. Kemampuan Al Kindi dalam menguasai bidang bahasa pun tampak lebih dominan, yang pada akhirnya para ilmuwan memberinya gelar sebagai ahli bahasa. Pemahaman dalam berbagai bahasa, mengukuhkan kedudukannya di mata para ilmuwan di berbagai negeri.

Dan keahliannya berbahasa itu pula memudahkannya menguasai beragam ilmu pengetahuan dari berbagai sumber dari luar negeri.

Awal Karir Al Kindi di Bagdad

img

Dalam sejarah Baghdad di masa kehidupan Al Kindi, khususnya situasi politik pada abad ke-9 sangat dinamis dan sering berganti-ganti penguasa. Kondisi memberi pengaruh pada karir Al Kindi. Ia mengalami lima kali periode pergantian kekuasaan Kekhalifahan, secara berturut-turut yaitu Al-Amin (809-813 M), Al-Makmun (813-833 M), Al-Mu’tasim (833- 842 M), Al-Watiq (842-847 M), dan terakhir pada masa Al- Mutawakkil (847-861 M).

Awal abad 9, karir Al Kindi memasuki puncak. Ia telah banyak menguasai ilmu pengetahuan; bahasa, filsafat, astrologi, astronomi, matematika, fisika, kimia, dan berbagai ilmu lain. Prestasinya saat itu banyak mendapat sorotan dari para penguasa dan politisi di masanya itu.

Salah seorang Khalifah yang mengagumi prestasi Al Kindi adalah Al Makmun. Khalifah Al-Makmun seorang pecinta ilmu pengetahuan sejati, ia berusaha merangkul Al Kindi dan memberikan penghormatan istimewa. Al Kindi memperoleh perlindungan dan kepercayaan menduduki jabatan tertentu di lingkungan istana.

Pada masa Khalifah Al- Makmun

kalangan ilmuwan di istana begitu sibuk melakukan kegiatan ilmiah seperti mengumpulkan berbagai karya ilmiah dan filsafat Yunani untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Mereka juga mengadakan beragam kajian menarik. Al Kindi pun terlibat di tengah-tengah lingkungan para ilmuwan di istana.

Kedudukan yang diberikan oleh khalifah sesuai dengan keahlian Al Kindi dalam memahami berbagai bahasa antara lain bahasa Ibrani, Yunani, dan Arab. Untuk itulah dia dipercaya menjadi penerjemah dan penyunting beragam judul buku karya peninggalan ilmuwan Yunani.

Di Masa Khalifah Al Mu’tasim

mempercayakan Al Kindi untuk menjadi guru kerajaan terutama untuk mendidik salah seorang putranya bernama Ahmad. Al Mu’tasim juga memberi jabatan dalam urusan astrologi di lstana Abbasiyah. Bahkan ilmu kedokteran yang dimilikinya mendapat kepercayaan dari khalifah, sebagai salah satu tabib istana.

Dengan posisi yang dipercayakan kepadanya, Al Kindi mempersembakan kepada Ahmad dan ayahnya beberapa karya yang ditulis dalam bentuk surat yang hampir selalu dihiasi dengan salam a’la Arab. Karir Al Kindi di lingkungan istana Abbasiyah semakin melambungkan namanya. Ia menjadi perbincangan banyak kalangan intelektual dan masyarakat luas.

Ketika Al-Mutawwakil

menjabat Khalifah pada 874 M, karir Al Kindi mulai mendapat tantangan, Ia bernasib buruk seperti para filosof dan teologi lainnya di masa itu. Paham Mu’tazilah yang dianut dimasa Al Ma mun dan Al Mu’tasim tidak mendapat sambutan baik di masa khalifah Al Mutawakkil. Situasi ini dimanfaatkan oleh putera-putera Musa, ilmuwanilmuwan bersaudara yang juga terkenal dan bekerja untuk Al Mutawakkil. Mereka merancang persekongkolan untuk menjatuhkan Al Kindi.

Mereka membangun pemikiran dan berusaha mengeluarkan Al Kindi dari istana karena tidak suka melihat keberhasilan Al Kindi dengan perpustakaan Al Kindiyah yang banyak memiliki buku-buku penting dan berkualitas. Khalifah Al Mutawakil berhasil dibujuk oleh mereka, sehingga pada akhirnya khalifah memerintahkan untuk menyita perpustakaan itu dan memberikannya kepada putera-putera Musa. Meski tidak lama kemudian Al Kindiyah dikembalikan kepada Al Kindi, tetapi Al Kindi telah kehilangan hak-hak istirnewanya di istana.

Al Kindi di Kalangan Ilmuwan

img

Di masa kehidupan Al Kindi, tepatnya abad ke-9 merupakan masa keemasan bagi para ilmuwan Muslim dengan berbagai prestasi dalam pengembangan bidang ilmu pengetahuannya. Masa pemerintahan Khalifah Al Makmun merupakan periode gemilangnya sejarah ilmu pengetahuan lslam atau lebih dikenal dengan ‘Abad Augustan Islam’.

Para ilmuwan Muslim merubah masa itu menjadi sangat maju dengan peradaban yang tinggi. Mereka tidak hanya menjadi penyelamat bagi sumber ilmu pengetahuan Yunani dari kepunahan, tetapi mereka punya peran yang jauh lebih penting.

Mereka terlibat dalam berbagai observasi, eksperimen, dan berhasil memberikan sumbangan di berbagai ilmu pengetahuan yang memberi pengaruh kepada ilmuwan Barat. Mereka juga gencar menjadi pendorong berbagai pergerakan kemanusiaan.

Sebuah gambaran tentang kehidupan para ilmuwan di masa keemasan itu termasuk Al Kindi yang mendapat julukan ‘Filosof di antara bangsa Arab’, sebagai tokoh intelektual yang mempunyai peranan strategis. Dengan keberadaan perpustakaan pribadinya, ‘Al Kindiyah’ yang lengkap dengan berbagai hasil karyanya yang dikoleksi dalam kitab-kitabnya menjadi pembuka jendela informasi dan ilmu pengetahuan masa Yunani yang diwarisi umat Muslim kala itu.

Al Kindi seorang ilmuwan berbakat yang serba bisa merupakan satu di antara sekian banyak ilmuwan Muslim berprestasi yang telah melakukan peran penting sebagai penerjemah berbagai karya klasik peninggalan peradaban sebelumnya.

Pengungkapannya tentang sejarah ilmu fisika yang lengkap dengan berbagai kajian membuat figur Al Kindi tampak sebagai penganjur untuk mempelajari fisika pada Abad Pertengahan.

Pengelompokkan Karya Al Kindi

Suatu momen penting yang sempat menjadi catatan sejarah adalah pada tahun 1962 saat diadakan peringatan 1000 tahun Al Kindi di Baghdad. Ketika itu telah dikeluarkan satu jilid buku yang sangat bermanfaat dalam mengungkap dan mengetahui karya-karya Al Kindi.

Sebagian besar karya Al Kindi berjumlah sekitar 270 buah telah hilang. Ilmuwan Ibn Al Nadim dan yang mengikutinya bersama Al-Qifti, telah mengelompokkan tulisan-tulisan Al Kindi yang kebanyakan berupa risalah-risalah pendek.

Mereka berdua membuat risalah-risalah itu menjadi 17 kelompok, sebagai berikut : (1) Filsafat, (2) Logika, (3) Ilmu Hitung, (4) Globular, (5) Musik, (6) Astronomi, (7) Geometri, (8) Sperikal, (9) Medis, (10) Astrologi, (11) Dealektika, (12) Psikologi, (13) Politik, (14) Meteorologi, (15) Dimensi, (16) Benda-benda Pertama, (17) Spesies tertentu logam dan kimia, dan lain-lain.

Karya-karya ini sangat mempengaruhi pemikir-pemikir Eropa pada abad pertengahan. Salah satunya adalah Kardona yang mempercayai Al Kindi sebagai salah-satu dari dua belas pemikir terbesar dunia. (TIM JUMRAH)

Artikel Terakhir

Arsip

Penyelenggara Umrah