Imperium Mongolia Dalam Sejarah Islam

Pemersatu Islam di Belahan Euro-Asia
Pada 656 Hijriyah (1258 Masehi), pasukan Mongol berkekuatan 200.000 tentara tiba dan menginjakkan kaki di salah satu pintu kota Baghdad. Selanjutnya, situasi kota itu menjadi sangat genting. Setiap langkah dari tentara Tartar menerbangkan debu dan menumpahkan darah. Khalifah al-Mu'tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243-1258 Masehi), tidak lagi punya kekuatan membendung amukan tentara dibawah perintah Hulagu Khan. Baghdad pun jatuh.
Pasukan Hulagu memulai kekuasaanya di Bagdad dan wilayah sekitarnya. Selanjutnya kota itu diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu, ia menguasai beberapa daerah antara Asia Kecil di Barat dan India di Timur, dengan ibukota Tabriz.
Umat Islam pun menjalani kehidupan di negerinya yang dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Shamanism.
Hulagu Khan meninggal pada 1265 Masehi dan diganti oleh anaknya, Abaga. Ia beragama Kristen, memerintah sampai 1282 Masehi.
Penerusnya Ahmad teguder, ia menjadi raja pertama di masa pemerintahan bangsa Mongol yang memeluk Islam. Ia pun ditentang oleh para pembesar kerajaan. Kemudian ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi raja dinasti Ilkhan keempat (1284-1291 Masehi). Dia dan raja-raja selanjutnya membenci Islam. Kala itu, banyak kaum Muslim yang tertindas, dibunuh dan diusir.
Barulah pada era Mahmud Ghazan, raja dinasti Ilkhan yang ke tujuh, dan raja-raja selanjutnya, mereka adalah memeluk Islam.
Dengan masuknya Mahmud Ghazan sebagai muslim, Islam meraih kemenangan yang besar terhadap agama Shamanisme. Sejak itu pula bangsa Persia mendapat kembali kemerdekaannya.

Kaisar Ghazan memiliki perhatian khusus pada kemajuan peradaban. Di masanya, sastra dan ilmu pengetahuan berkembang pesat. la amat menyukai arsitektur, astronomi, ilmu kimia, mineralogi, metalurgi dan botani.
la juga membangun biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk mazhab Syafi'i dan Hanafi, perpustakaan, observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya. la meninggal dalam usia muda, 32 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317 M), seorang penganut syi'ah yang ekstrem. la mendirikan kota raja Sultaniyah, dekat Zan jan.
Pada masa pemerintahan Abu Sa'id (1317-1335 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi badai besar disertai hujan es yang mengakibatkan bencana kelaparan yang sangat menyedihkan. Sepeninggal Abu Sa'id, Dinasti Ilkhan yang dibangun oleh Hulagu Khan itu terpecah belah. Masing-masing pecahan saling berperang. Yang pada akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.
BANGSA MONGOL DIMATA KAUM MUSLIM
Bangsa Mongol atau Tartar, seolah memiliki karakter yang tak layak disandingkan dengan kemanusiaan. Brutal, bengis, penghancur, pemusnah, serta perusak alam. Karena mereka datang dan memusnahkan wilayah Islam dengan pasukan mereka.
Banyak kalangan beranggapan bahwa saat itu peradaban Islam mulai berakhir. Banyak ulama dan sejarawan yang tidak sanggup menggambarkan peristiwa nahas tersebut.
Bangsa Mongol adalah suku penggembala yang menyembah berhala, bintang, dan bersujud pada matahari terbit. Di kalangan mereka tumbuh subur suatu kepercayaan yang disebut Shamanisme.
Mereka juga mengultuskan roh nenek moyang dan kerap menyajikan sesajian kepada hewan-hewan buas. Istilah 'Tartar' disematkan kepada suku-suku Mongol, Turki, Uyghur, Seljuk, dan para penghuni lain kawasan ini.
PENGARUH MONGOL TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM
Penaklukan Bagdad, sarat dengan penghancuran, peristiwa pembunuhan dan pembantaian. Namun dalam perjalanan waktu sepanjang 35 tahun, setelah mereka menguasai wilayah Muslim, mayoritas bangsa Mongol justru mulai memeluk Islam. Bahkan, keberadaan mereka lebih memperkuat Islam di banyak wilayah kekuasaannya. Mereka menaklukkan banyak negara dan menetap di dalamnya dalam masa yang cukup lama, bahkan mereka tidak segan-segan memerangi keturunan kaumnya sendiri atas nama Islam.
Menurut pandangan mayoritas Muslim, peletak dasar citra buruk bangsa Mongol dan Tartar yang melakukan penyerangan demi penyerangan terhadap wilayah Islam adalah Timur Lenk. Pada eranya, invasi bangsa Tartar mencoreng wajah Islam karena mereka mengikuti gaya dan cara buruk para pendahulunya sebelum masuk Islam.

Tidak dapat diabaikan bahwa kebanyakan bangsa Mongol dan Tartar lekat dengan karakter para nenek moyangnya, meski mereka telah memeluk Islam. Bahkan, aspek akidah dan dakwah mereka tidak sama seperti yang ada pada era Muslim awal.
Namun demikian, dunia Islam mengakui posisi mereka dalam sejarah Islam di Eropa dan Asia, mereka memiliki peran yang kuat dalam memperluas wilayah Islam dengan hasil yang sangat gemilang dan tak pernah dicapai di masa sebelumnya oleh bangsa manapun. Dan tidak akan terulang hingga zaman sekarang.
Bagaimana pun mereka mamapu menyebarkan Islam ke wilayah yang tak terjamah kaum Muslim sebelumnya. Juga, pengaruh mereka di wilayah baru itu, padahal musuh-musuh Islam terus menerus berupaya menghancurkan mereka.
Keberhasilan bangsa Mongol, mewariskan kekuasaan Islam yang terbentang dari ujung timur sampai perbatasan wilayah Arab dan perbatasan Eropa Tengah. Salah satu faktor yang membuat rekam jejak bangsa Mongol menghilang dalam kisah sejarah adalah mereka melebur dalam masyarakat Islam yang mereka perintah, dan mereka menjadi bagian dari penduduknya. Negara mereka yang besar itu juga terpecah menjadi banyak ke-khanan (kerajaan). Peperangan di antara mereka tidak kunjung berhenti. Setelah masuk Islam pun, mereka tidak menampakkan upaya pemersatuan. Bahkan, ketika Timur Lenk menganeksasi sebagian besar ke-khan-an (kerajaan) Mongol, itu justru membuat Mongol semakin terpecah dan tercerai-berai.
PEMBAGiAN KEKUASAAN MONGOL YANG LUAS
Jenghis Khan menaklukkan banyak tempat dan membagi-bagi imperiumnya kepada putraputranya dari istri pertama, sebagaimana ditetapkan Yassa (undang-undang Mongol).
Jochi putra sulungnya diberikan kekuasan di wilayah Rusia, Khwarezmia, Kaukasia, Bulgar (Kota Kazan di Rusia saat ini), dan provinsi- provinsi barat yang bisa dicakupnya.
Chagatai putranya yang lain ia beri daerah Uyghur (Provinsi Gansu di Cina sekarang), Turkestan Barat, dan Transoxiana. Putranya yang bernama tolui diberi Khurasan, Persia, provinsi-provinsi di Asia Kecil (Asia Minor) yang bisa dicakupnya, dan negeri-negeri Arab.
Kepada Ogedei putra lainnya ia memberikan Moshul, yang sekarang disebut Mongolia, Cina, Hotan (yang kini dikenal dengan nama Turkestan Timur), dan provinsi-provinsi timur lain yang bisa dikuasainya.
Bangsa Mongol adalah kaum Muslim terakhir yang memerintah Hindustan (Dinasti Mughal, Ed). Bahkan, kekuasaan Islam di Hindustan mencapai perluasan paling jauh pada zaman mereka.
Imperium Mongol, banyak menandai peta sejarah dunia sebagai penguasaan terbesar yang mempersatukan sisi Eropa dan Asia (Eurasia) dengan cara yang belum hingga kini belum pernah terulang.
Kebijakan dalam kekaisaran mempengaruhi seluruh Eropa dan Asia dalam semua aspek, baik politik, perdagangan, dan urusan agama. Kekaisaran Mongol diakui sebagai katalisator perubahan dari pra-modern menuju era modern.
Secara geografis kekuasaan Muslim Mongol terbagi menjadi lima wilayah yang sangat luas.
Wilayah pertama mencakup Eropa Timur dan Siberia Barat. Wilayah kedua Iran, Wilayah ketiga adalah Tiongkok dan Mongolia. Wilayah keempat Turkestan Barat. Wilayah kelima adalah Hindustan.

PENYEBARAN ISLAM DI MASA KEJAYAAN MONGOL
Suatu keajaiban, penyebaran Islam di tengah kekuasaan bangsa Tartar yang berkarakter keras dan lekat dengan kultur nenek moyang mereka. Ini diungkapkan oleh Al-AIIamah Abul Hasan An-Nadawi.
"Sebelum dunia Islam hanyut disapu bersih oleh arus kuat yang melandanya dan berbagai rambu dan wajahnya dihapuskan, sebagaimana saksi sejarah yang diungkapkan sejarawan yang memiliki pandangan dan pengetahuan mengenai episode itu, mulailah dakwah Islam meluas secara tiba-tiba di tengah bangsa (Tartar) ini, dan terealisasi di tangan para da'i Islam hal yang tidak bisa diwujudkan pedang dan tombak, ataupun kekerasan para penguasa. Mulailah Islam menyerap dalam jiwa para musuhnya serta memikat hati mereka."
Di mata Islam, tunduknya bangsa terkuat yang telah mengalahkan kaum Muslim adalah kenyataan yang sangat inspiratif dalam sejarah Islam. Penaklukkan bangsa Tartar terhadap Islam bagaikan serbuan belalang yang berterbangan di segala penjuru.
Penaklukan seluruh dunia Islam tidaklah mengherankan. Karena pada abad ke 7 dunia Islam melemah karena 'penyakit' kekuasaan internal.
Sebuah kebiasaan yang buruk setiap umat yang mencapai puncak peradabang dan kejayaanya.
Sebaliknya adalah yang terjadi pada Tartar, bangsa paternalistik yang kuat dan tumbuh di padang pasir dengan gaya hidup barbarian.
Ini menjadi menakjubkan jika bangsa ini 'luluh' begitu saja pada kaum Muslim yang telah mereka taklukkan Bangsa Tartara memeluk Islam, di masa puncak kejayaan mereka. Kala itu agama mereka banyak kehilangan kekuasaan politis serta materialnya. Para penganutnya menjadi objek hinaan di mata bangsa Tartar sendiri.
Thomas Arnold mengungkapkan keheranannya mengenai hal ini dalam bukunya yang populer, Preaching of Islam (Dakwah Islam), ia mengatakan, "Tidak bisa tidak, Islam pun bangkit dari bawah puing-puing kebesaran pertamanya dan reruntuhan kemuliaan abadinya. Islam juga mampu, berkat perantaraan para dainya, menarik hati para penakluk barbar itu hingga akhirnya memeluk Islam."
Para dai Muslim ketika itu gencar menyiarkan kemuliaan Islam. Mereka gigih menghadapi berbagai tantangan berat termasuk bersaing dengan bangsa Mongol yang berupaya bangkit sebagai pesaing kuat yang berupaya dalam melestarikan agama nenek moyang mereka.
Dalam sejarah penyebaran agama manapun, tidak ada peristiwa yang setara dengan hal yang itu.
Kala itu, persaingan agama dibawah kejayaan Mongol kian meluas terjadi antara kaum Budha, Kristen, dan Islam. Ketiganya memulai perseteruan satu sama lain, untuk memenangkan hati bangsa Tartar yang telah menginjak-injak agama-agama besar itu. Agama-agama yang memiliki para dai dan misionaris di setiap negara dan wilayah.
Namun, tampaknya tidak mudah bagi agama-agama lain untuk bersaing dengan pemeluk Islam, dalam menerobos ke dalam pemerintahan Mongol. Meskipun sebelumnya kaum Muslim adalah pihak yang paling terguncang selama masa penyerangan Mongol di Baghdad.
Bagdad, masa itu merupakan pusat otoritas agama Islam serta simbol ilmu pengetahuan berbasis Islam di Asia. Mayoritas penduduk kota itu adalah kaum terpelajar, para ilmuwan, pengkaji, pemuka agama, dan orang suci, sebagian besar dari mereka tertawan dan terbunuh saat Bagdad jatuh. (TIM JUMRAH)